- Ulat Sutra Emas dan Cokelat Paling Dicari
- Untung hingga 90%
Siapa yang tak bangga mengenakan busana berbahan sutra? Busana sutra
ang tampak elegan dan berkelas berasal dari serat mahluk hidup berupa ulat,
memang sejak dulu menenpati harga tinggi. Keberadaannya di suatu negara memang
memberi kemakmuran tersendiri, sebut saja China yang sejak dulu sudah
memperjualbelikan sutra. Jika yang selama ini fokus dikembangkan adalah ulat
sutra putih pemakan murbei, kini ulat sutra emas dan cokelat. Sejauh mana
potensi ketiga ulat tersebut untuk dibudidayakan?
Serat sutra bernilai jual tinggi,
sebab produk kain yang dihasilkan dari pemintalan sangat mudah menyerap air dan
keringat, sangat kuat, tidak menimbulkan alergi, tidak panas, tidak luntur,
tahan panas dan sangat lembut pastinya. Benang sutra merupakan hasil pintalan
kokon/kepompong ulat sutra. Kokon tersebut terbentuk dari cairan yang
dikeluarkan ulat sutra saat membuat sarang untuk tempat berlangsungnya
perubahan bentuk dari ulat menjadi kupu-kupu.
Melihat
besarnya nilai jual sutra, tentu memacu tingginya kebutuhan kokon ulat sutra.
Sayangnya produksi kokon ulat sutra masih sangat jauh dari jumlah kebutuhan
yang ada sekitar 700 ton per tahun. Pada tahun 2002. Pemerintah pernah
melakukan program pengembangan ulat sutra putih (Bombyxmori L) dengan cara
membangun pabrik pemintalan benang di Sukabumi (PT. Indojado Sutera Perkasa).
Pendirian pabrik tersebut juga dilatarbelakangi oleh ekspor kokon ulat sutra ke
Korea dari salah seorang petani ulat sutra di Sukabumi. Pemerintah menyayangkan
jika kokon ulat sutra diekspor karena harganya jauh lebih murah dibandingkan
jika sudah diolah. Maka untuk itu pemerintah memiliki ide untuk membangun
pabrik pemintalan benang skala besar, bahkan terbesar se-Asia Tenggara.
Pemerintah
saat itu menggerakkan petani dalam bentuk plasma yang tersebar di Cianjur dan
Sukabumi. Kokon ulat sutra yang dipanen bisa langsung dijual ke PT Indojado
Sutera Perkasa. Sayangnya baru 6 bulan berjalan, perusahaan tersebut
mengumumkan bahwa pihak mereka tidak lagi menerima kokon dari petani, akibatnya
pasokannya yang tidak menentu. Bahkan kini perusahaan tersebut kolaps alias
bangkrut. Setelah diusut ternyata, tidak menentunya pasokan kokon dari petani
akibat kurang baiknya manajemen keuangan petani. Pasalnya, ketika mereka
menerima hasil bayaran, dananya tidak dialokasikan lagi untuk memelihara dan
mengembangkan tanaman murbei. Mereka cenderung konsumtif terhadap barang
kebutuhan lain. Ulat sutra putih memang sangat tergantung ketersediaan tanaman
mubei. Nah karena mereka semakin merosotnya jumlah tanaman itu, tak heran
pasokan kokon semakin merosot tajam bahkan tidak menentu.
Dari situ
banyak petani plasma yang tekena imbas. Akan tetapi masih ada segelintir petani
yang justru tetap bertahan bahkan bisa mengembangkan usahanya hingga kini.
Sebut saja T. Gozali Gandasasmita, pemilik Rumah Sutera Alam, di Jl. Ciapus
Raya 100 Km. 8 Bogor Jawa Barat, Telp (0251) 8388227, email: rumahsuta@yahoo.com, www.rumahsutera.com.
Jika melihat
kejadian tersebut sangat miris rasanya. Apalagi pembangunan pabrik pemintalan
benang menggunakan modal yang tidak sedikit. Sehingga mau tidak mau, Indonesia
sampai sekarang masih mengimpor benang sutra.
Melihat
kondisi tersebut, menunjukkan bahwa usaha ternak ulat sutra masih terbuka
peluang pasarnya. Apalagi saat ini ditemukan ulat sutra jenis baru yang
ternyata ulat sutra asli Indonesia. Yakni ulat sutra emas (cricula
trifenestrato) dan cokelat (Atracus atlas). Kedua jenis ulat sutra ini
sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun dulu hanya dikenal sebagai “ulat keker”
dan “ulat kupu-kupu kublong/gajah” yang merugikan.
Prospek dan
Persaingan. Menutur Gozali, usaha ternak ulat sutra akan sangat baik ke
depannya. Menginat industri UKM Indonesia yang membututhkan bahan baku kain
semakin tumbuh dan berkembang.
Ketiga
jenis ulat sutramemiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Ketiganya
sama-sama menghasilkan sutra dengan warna alami yang sangat cantik, yakni
putih, emas dan cokelat. Sebagai gambaran,ulat satra putih untuk skala bisnis
lebih cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 400-700 mdpi, sedangkan
ulat sutra emas dan cokelat untuk skala bisnis cocok dibudidayakan pada
berbagai ketinggian tempat namun sebaiknya di wilayah Indonesia bagian tengah
dan timur.
Ukuran
kokon pun berbeda, dari yang paling kecil sampai terbesar, yakni kokon sutra
emas, kokon sutra putih dan kokon sutra cokelat. Harga termahal pada sutra
emas, sedangkan yang termurah adalah sutra putih. Hal ini terkait dari
keistimewaan kokon dan jumlah kokon yang baru tersedia. Kokon sutra putih
dihargai paling murah karena jumlah pasokannya yang lebih banyak dari kedua
jenis kokon sutra lainnya. Baik kokon dan benang sutra emas lebih mahal dari
yang lain karena menghasilkan produk dengan warna yang mewah, lebih kuat, tahan
panas, lebih lembut, dan sebagainya.
Potensi Usaha. Dalam budidaya ulat
sutra putih, produk yang bisa dihasilkan oleh pelaku usaha berupa kokon, benang
dan kain, pupuk dari kotoran ulat, teh daun murbei serta kerajinan dari kokon
yang cacat/rusak seperti yang diprodukasi Gozali di Ciapus, Bogor. Hal ini
menunjukkan bahwa tak ada bagian yang terbuang percuma. Begitu juga dengan budidaya
ulat sutra liar (sutra emas dan sutra cokelat) menghasilkan kokon, benang
kerajinan, aksesori dan kain.
Kunci Keberhasilan. Pada budidaya ulat
sutra putih, yang menjadi kunci keberhasilan usaha yakni ketersediaan daun
murbei. Ada baiknya petani tidak hanya membeli daun murbei, tetapi memiliki
kebun murbei sendiri untuk menekan biaya produksi. Menjaga kebersihan kandang
ulat sutra putih juga penting, terutama saat ulat masih kecil (umur 0-12 hari).
Ulat sutra putih kecil sangat rentan / tidak tahan terhaap bau-bauan, misalnya
bau rokok dan parfum. Sehingga orang atau pekerja yang masuk kandang tidak
boleh mengandung aroma tersebut.
Tak
hanya itu, kaki atau alas kaki yang akan masuk ke kandang ulat sutra kecil juga
harus disemprot cairan disinfektan terlebih dahulu. Kandang ulat sutra putih
ukuran besar (umur diatas 12 hari) juga
tidak boleh lembab. Caranya menurut Gozali adalah dengan membersihkan kotoran
ulat dan kandang setiap dua hari sekali. Rancang kandang dengan ventilasi yang
baik, agar ulat mendapat sirkulasi udara yang cukup. Sediakan seriframe pada
kandang sebagai wadah proses pengokonan sang ulat (terbuat dari plastik bentuk
empat persegi panjang seperti sarang. Satu unit seriframe berukuran 60x40x10 cm
yang mampu menampung sekitar 250 – 300 butir telur. Dibutuhkan sekitar 60 unit
seriframe untuk memelihara boks telur).
Usahakan
cek seriframe tersebut untuk menjaga agar tidak banyak ulat yang membuat kokon
secara gabungan. Sebab dapat merusak kualitas kokon sehingga tidak bisa
dipintal. Berikan pakan daun murbei yang cukup untuk ulat sutra, sebab jika
ulat tersebut kekurangan makanan, maka mati atau akan menghasilkan kokon yang
tipis, sehingga benang yang dihasilkan tidak mencapai ukuran normal, yakni
800-1000 m2. Dari lahan murbei seluas 1 ha berisi 2000 tanaman
murbei bisa digunakan untuk pakan sekitar 50 ribu ulat sutra.
Untuk
ulat sutra emas dan cokelat budidayanya tidak dilakukan di kandang seperti ulat
sutra putih, sehingga secara teknis tidak terlalu merepotkan. Petani cukup
meletakkan bibit ulat sutra emas dan cokelat berupa kepompong di kebun. Petani
tidak perlu repot memangkas tanaman untuk pakan seperti pada ulat sutra putih,
tetapi cukup dibuarkan saja sampai tiba waktunya panen. Selama itu, para petani
bisa melakukan aktivitas lain.
Panen
kokon harus dilakukan tepat waktu sebab jika terlalu cepat, membuat kokonnya
belum tebal, sedangkan jika terlambat atau terlalu lama, kokonnya bisa
berlubang karena kupu-kupu telah keluar dari kokon. Kokon yang telah berlubang
tidak bisa dipintal, sebab bisa menghasilkan serat yang terputus-putus. Ciri
kokon yang baik adalah yang keras dan bentuknya normal tidak terlalu besar dan
ukurannya tidak sama, biasanya terjadi karena proses pengokonan dilakukan oleh
dua ulat bersama-sama. Panen bisa dilakukan 5-6 hari setelah ulat mengokon.
Kokon yang jelek, yakni kokon yang tipis, bisa dicek dengan cara dipegang. Jika
lunak/lembek maka pertanda kokon itu jelek, sebab kurangnya pakan yang
diberikan selama pemeliharaan.
Pemasaran. Sejauh itu harga kokon ulat
sutra putih sekitar Rp. 30-35 ribu/kg, sedankan kokon ulat sutra emas dan
cokelat Rp. 100-200 ribu/kg. Benag sutra putih Rp. 500-600 ribu/kg dan benang
suttra emas Rp. 1,5 juta/kg dan benang sutra cokelat mulai dari Rp. 1 juta
hingga 1,2 juta/kg. Jika dibuat helaian kain harganya akan lebih melonjak naik,
yakni jutaan rupiah per meter. Satu kilo benang sutra menghasilkan kain sutra
sepanjang 10 meter. Khusus untuk harga produk kerajinan lebih variatif lagi
dari yang termurah hingga termahal.
Untuk
skala komersial bagi pemula usaha budidaya
ulat sutra putih minimal memiliki 500 m2, dengan lahan bisa
sewa. Jika membeli daun murbei akan memperbesar biaya operasional dan tidak
menjamin kelangsungan usaha. Untuk budidaya ulat sutra emas dan cokelat bisa menanam
2 pohon seperti jambu mede, alpukat, sirsak dan kedondong untuk uji coba, namun
jika ingin dikomersilkan minimal di luas lahan 1000 m2 yang ditanami
sekitar 50-60 pohon tersebut. Melihat masih besarnya potensi pasar sutra, tak
ada salahnya Anda mencoba usaha ternak ulat sutra yang mudah dan untungnya
menjanjikan!. Eka, Tim Agri
Lembaga
Kementerian
Pertanian Republik Indonesia
Kantor Pusat
Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM. No.3, Ragunan, Jakarta 12550
Telp: (021) 7822803
Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB
Gd. Fakultas Peternakan IPB Lt.3 Wing 1
Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Telp/Fax : 0251 8628379
Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai 11
Jln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270
Telp. 021 5734333, 5730398
Fax. 021 5720189
KMW
(Konsultan Manajemen Wilayah) Jawa Tengah
Jl. Gatotkaca No.1, RT.03 RW.05
Kampung Banaran, Kel Sekaran
Kec. Gunungpati, Semarang 50229
Telp. 024 70774601 / 024 86458301
Email : kmwjateng@gmail.com
7 komentar: on "Budidaya Ulat Sutra Sangat Menjanjikan"
sangat menarik artikalnya pak, bolehkah saya tahu dimana bisa mendapatkan bibit ulat sutra tersebut?
bagus sekali artikelnya!! :)
Informasi yang bermanfaat, Terimakasih.
http://deni_yudhistira.student.ipb.ac.id
sy sangat tertarik ingin mengikuti pelatihan budidaya sutra alam, sesuai informasi bpk Gozali pelatihan bisa dilakukan minimal 15 orang. sy mengajak siapapun yg berminat utk membentuk kelompok pelatihan, info lanjut bs hub 088977790760
Often after harvest, instantly prepared for spinning cocoon without passing through the storage process. If so cocoon-cocoon that does not need to be dried first
togel singapura
kalau mau beli bibit ulat sutera bisa.?
Kalau di malang ikutnya dimana ya?
Posting Komentar