Kamis, 31 Mei 2012

Budidaya Ulat Sutra Sangat Menjanjikan

  • Ulat Sutra Emas dan Cokelat Paling Dicari
  • Untung hingga 90%
Siapa yang tak bangga mengenakan busana berbahan sutra? Busana sutra ang tampak elegan dan berkelas berasal dari serat mahluk hidup berupa ulat, memang sejak dulu menenpati harga tinggi. Keberadaannya di suatu negara memang memberi kemakmuran tersendiri, sebut saja China yang sejak dulu sudah memperjualbelikan sutra. Jika yang selama ini fokus dikembangkan adalah ulat sutra putih pemakan murbei, kini ulat sutra emas dan cokelat. Sejauh mana potensi ketiga ulat tersebut untuk dibudidayakan?

Serat sutra bernilai jual tinggi, sebab produk kain yang dihasilkan dari pemintalan sangat mudah menyerap air dan keringat, sangat kuat, tidak menimbulkan alergi, tidak panas, tidak luntur, tahan panas dan sangat lembut pastinya. Benang sutra merupakan hasil pintalan kokon/kepompong ulat sutra. Kokon tersebut terbentuk dari cairan yang dikeluarkan ulat sutra saat membuat sarang untuk tempat berlangsungnya perubahan bentuk dari ulat menjadi kupu-kupu.

                Melihat besarnya nilai jual sutra, tentu memacu tingginya kebutuhan kokon ulat sutra. Sayangnya produksi kokon ulat sutra masih sangat jauh dari jumlah kebutuhan yang ada sekitar 700 ton per tahun. Pada tahun 2002. Pemerintah pernah melakukan program pengembangan ulat sutra putih (Bombyxmori L) dengan cara membangun pabrik pemintalan benang di Sukabumi (PT. Indojado Sutera Perkasa). Pendirian pabrik tersebut juga dilatarbelakangi oleh ekspor kokon ulat sutra ke Korea dari salah seorang petani ulat sutra di Sukabumi. Pemerintah menyayangkan jika kokon ulat sutra diekspor karena harganya jauh lebih murah dibandingkan jika sudah diolah. Maka untuk itu pemerintah memiliki ide untuk membangun pabrik pemintalan benang skala besar, bahkan terbesar se-Asia Tenggara.

Pemerintah saat itu menggerakkan petani dalam bentuk plasma yang tersebar di Cianjur dan Sukabumi. Kokon ulat sutra yang dipanen bisa langsung dijual ke PT Indojado Sutera Perkasa. Sayangnya baru 6 bulan berjalan, perusahaan tersebut mengumumkan bahwa pihak mereka tidak lagi menerima kokon dari petani, akibatnya pasokannya yang tidak menentu. Bahkan kini perusahaan tersebut kolaps alias bangkrut. Setelah diusut ternyata, tidak menentunya pasokan kokon dari petani akibat kurang baiknya manajemen keuangan petani. Pasalnya, ketika mereka menerima hasil bayaran, dananya tidak dialokasikan lagi untuk memelihara dan mengembangkan tanaman murbei. Mereka cenderung konsumtif terhadap barang kebutuhan lain. Ulat sutra putih memang sangat tergantung ketersediaan tanaman mubei. Nah karena mereka semakin merosotnya jumlah tanaman itu, tak heran pasokan kokon semakin merosot tajam bahkan tidak menentu.
 
Dari situ banyak petani plasma yang tekena imbas. Akan tetapi masih ada segelintir petani yang justru tetap bertahan bahkan bisa mengembangkan usahanya hingga kini. Sebut saja T. Gozali Gandasasmita, pemilik Rumah Sutera Alam, di Jl. Ciapus Raya 100 Km. 8 Bogor Jawa Barat, Telp (0251) 8388227, email: rumahsuta@yahoo.com, www.rumahsutera.com.

Jika melihat kejadian tersebut sangat miris rasanya. Apalagi pembangunan pabrik pemintalan benang menggunakan modal yang tidak sedikit. Sehingga mau tidak mau, Indonesia sampai sekarang masih mengimpor benang sutra.

Melihat kondisi tersebut, menunjukkan bahwa usaha ternak ulat sutra masih terbuka peluang pasarnya. Apalagi saat ini ditemukan ulat sutra jenis baru yang ternyata ulat sutra asli Indonesia. Yakni ulat sutra emas (cricula trifenestrato) dan cokelat (Atracus atlas). Kedua jenis ulat sutra ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun dulu hanya dikenal sebagai “ulat keker” dan “ulat kupu-kupu kublong/gajah” yang merugikan.

                Prospek dan Persaingan. Menutur Gozali, usaha ternak ulat sutra akan sangat baik ke depannya. Menginat industri UKM Indonesia yang membututhkan bahan baku kain semakin tumbuh dan berkembang.

                Ketiga jenis ulat sutramemiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Ketiganya sama-sama menghasilkan sutra dengan warna alami yang sangat cantik, yakni putih, emas dan cokelat. Sebagai gambaran,ulat satra putih untuk skala bisnis lebih cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 400-700 mdpi, sedangkan ulat sutra emas dan cokelat untuk skala bisnis cocok dibudidayakan pada berbagai ketinggian tempat namun sebaiknya di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

                Ukuran kokon pun berbeda, dari yang paling kecil sampai terbesar, yakni kokon sutra emas, kokon sutra putih dan kokon sutra cokelat. Harga termahal pada sutra emas, sedangkan yang termurah adalah sutra putih. Hal ini terkait dari keistimewaan kokon dan jumlah kokon yang baru tersedia. Kokon sutra putih dihargai paling murah karena jumlah pasokannya yang lebih banyak dari kedua jenis kokon sutra lainnya. Baik kokon dan benang sutra emas lebih mahal dari yang lain karena menghasilkan produk dengan warna yang mewah, lebih kuat, tahan panas, lebih lembut, dan sebagainya.

                Potensi Usaha. Dalam budidaya ulat sutra putih, produk yang bisa dihasilkan oleh pelaku usaha berupa kokon, benang dan kain, pupuk dari kotoran ulat, teh daun murbei serta kerajinan dari kokon yang cacat/rusak seperti yang diprodukasi Gozali di Ciapus, Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa tak ada bagian yang terbuang percuma. Begitu juga dengan budidaya ulat sutra liar (sutra emas dan sutra cokelat) menghasilkan kokon, benang kerajinan, aksesori dan kain.

                Kunci Keberhasilan. Pada budidaya ulat sutra putih, yang menjadi kunci keberhasilan usaha yakni ketersediaan daun murbei. Ada baiknya petani tidak hanya membeli daun murbei, tetapi memiliki kebun murbei sendiri untuk menekan biaya produksi. Menjaga kebersihan kandang ulat sutra putih juga penting, terutama saat ulat masih kecil (umur 0-12 hari). Ulat sutra putih kecil sangat rentan / tidak tahan terhaap bau-bauan, misalnya bau rokok dan parfum. Sehingga orang atau pekerja yang masuk kandang tidak boleh mengandung aroma tersebut.

                Tak hanya itu, kaki atau alas kaki yang akan masuk ke kandang ulat sutra kecil juga harus disemprot cairan disinfektan terlebih dahulu. Kandang ulat sutra putih ukuran besar  (umur diatas 12 hari) juga tidak boleh lembab. Caranya menurut Gozali adalah dengan membersihkan kotoran ulat dan kandang setiap dua hari sekali. Rancang kandang dengan ventilasi yang baik, agar ulat mendapat sirkulasi udara yang cukup. Sediakan seriframe pada kandang sebagai wadah proses pengokonan sang ulat (terbuat dari plastik bentuk empat persegi panjang seperti sarang. Satu unit seriframe berukuran 60x40x10 cm yang mampu menampung sekitar 250 – 300 butir telur. Dibutuhkan sekitar 60 unit seriframe untuk memelihara boks telur).

                Usahakan cek seriframe tersebut untuk menjaga agar tidak banyak ulat yang membuat kokon secara gabungan. Sebab dapat merusak kualitas kokon sehingga tidak bisa dipintal. Berikan pakan daun murbei yang cukup untuk ulat sutra, sebab jika ulat tersebut kekurangan makanan, maka mati atau akan menghasilkan kokon yang tipis, sehingga benang yang dihasilkan tidak mencapai ukuran normal, yakni 800-1000 m2. Dari lahan murbei seluas 1 ha berisi 2000 tanaman murbei bisa digunakan untuk pakan sekitar 50 ribu ulat sutra.

                Untuk ulat sutra emas dan cokelat budidayanya tidak dilakukan di kandang seperti ulat sutra putih, sehingga secara teknis tidak terlalu merepotkan. Petani cukup meletakkan bibit ulat sutra emas dan cokelat berupa kepompong di kebun. Petani tidak perlu repot memangkas tanaman untuk pakan seperti pada ulat sutra putih, tetapi cukup dibuarkan saja sampai tiba waktunya panen. Selama itu, para petani bisa melakukan aktivitas lain.

                Panen kokon harus dilakukan tepat waktu sebab jika terlalu cepat, membuat kokonnya belum tebal, sedangkan jika terlambat atau terlalu lama, kokonnya bisa berlubang karena kupu-kupu telah keluar dari kokon. Kokon yang telah berlubang tidak bisa dipintal, sebab bisa menghasilkan serat yang terputus-putus. Ciri kokon yang baik adalah yang keras dan bentuknya normal tidak terlalu besar dan ukurannya tidak sama, biasanya terjadi karena proses pengokonan dilakukan oleh dua ulat bersama-sama. Panen bisa dilakukan 5-6 hari setelah ulat mengokon. Kokon yang jelek, yakni kokon yang tipis, bisa dicek dengan cara dipegang. Jika lunak/lembek maka pertanda kokon itu jelek, sebab kurangnya pakan yang diberikan selama pemeliharaan.

                Pemasaran. Sejauh itu harga kokon ulat sutra putih sekitar Rp. 30-35 ribu/kg, sedankan kokon ulat sutra emas dan cokelat Rp. 100-200 ribu/kg. Benag sutra putih Rp. 500-600 ribu/kg dan benang suttra emas Rp. 1,5 juta/kg dan benang sutra cokelat mulai dari Rp. 1 juta hingga 1,2 juta/kg. Jika dibuat helaian kain harganya akan lebih melonjak naik, yakni jutaan rupiah per meter. Satu kilo benang sutra menghasilkan kain sutra sepanjang 10 meter. Khusus untuk harga produk kerajinan lebih variatif lagi dari yang termurah hingga termahal.

                Untuk skala komersial bagi pemula usaha budidaya  ulat sutra putih minimal memiliki 500 m2, dengan lahan bisa sewa. Jika membeli daun murbei akan memperbesar biaya operasional dan tidak menjamin kelangsungan usaha. Untuk budidaya ulat sutra emas dan cokelat bisa menanam 2 pohon seperti jambu mede, alpukat, sirsak dan kedondong untuk uji coba, namun jika ingin dikomersilkan minimal di luas lahan 1000 m2 yang ditanami sekitar 50-60 pohon tersebut. Melihat masih besarnya potensi pasar sutra, tak ada salahnya Anda mencoba usaha ternak ulat sutra yang mudah dan untungnya menjanjikan!. Eka, Tim Agri

Lembaga

Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Kantor Pusat Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM. No.3, Ragunan, Jakarta 12550
Telp: (021) 7822803

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB
Gd. Fakultas Peternakan IPB Lt.3 Wing 1
Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Telp/Fax : 0251 8628379

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai 11
Jln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270
Telp. 021 5734333, 5730398
Fax. 021 5720189

KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) Jawa Tengah
Jl. Gatotkaca No.1, RT.03 RW.05
Kampung Banaran, Kel Sekaran
Kec. Gunungpati, Semarang 50229
Telp. 024 70774601 / 024 86458301
Email : kmwjateng@gmail.com


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

7 komentar: on "Budidaya Ulat Sutra Sangat Menjanjikan"

Unknown mengatakan...

sangat menarik artikalnya pak, bolehkah saya tahu dimana bisa mendapatkan bibit ulat sutra tersebut?

Unknown mengatakan...

bagus sekali artikelnya!! :)

Anonim mengatakan...

Informasi yang bermanfaat, Terimakasih.
http://deni_yudhistira.student.ipb.ac.id

cecep suhana mengatakan...

sy sangat tertarik ingin mengikuti pelatihan budidaya sutra alam, sesuai informasi bpk Gozali pelatihan bisa dilakukan minimal 15 orang. sy mengajak siapapun yg berminat utk membentuk kelompok pelatihan, info lanjut bs hub 088977790760

Unknown mengatakan...

Often after harvest, instantly prepared for spinning cocoon without passing through the storage process. If so cocoon-cocoon that does not need to be dried first
togel singapura

diva alfreda mengatakan...

kalau mau beli bibit ulat sutera bisa.?

Unknown mengatakan...

Kalau di malang ikutnya dimana ya?

Posting Komentar